Kamis, 18 Desember 2008

filsafat itu in


.MANUSIA DAN FILSAFAT
PEKERJAAN MENURUT MARX
Oleh: Wilhelmus syukur ( monce)

Pengantar

Di Indonesia nama marx identik dengan komunisme dan bahkan kadang-kadang dengan tindakan subversif. Namun mungkin kita harus mengetahui bahwa istilah marxisme tidak sama dengan komunisme.[1] Tidak pernah juga nama tersebut dikaitkan dengan suatu konsep budaya tertentu ataupun kritik kebudayaan. Padahal sebenarnya, ketika Marx berbicara tentang pekerjaan dan keterasingan manusia karena pekerjaannya, sungguh menyentuh bagian integral dari kehidupan manusia. Ketika kita bersinggungan dengan manusia , maka kita membahas tentang manusia yang berbudaya. Dan ketika manusia itu adalah mahluk pekerja, maka hasil pekerjaan itu sendiri merupakan sebuah kebudayaan. Karena kebudayaan adalah realisasi diri manusia atas potensinya sebagai manusia dalam dimensi sosio- historisnya[2].
Pemikiran Marx tentang manusia dan keterasinganya karena pekerjaan dilatari oleh budaya tertentu yang ada dan terjadi di zamannya. Dan kita tahu bahwa marx mengeluarkan kritik atas pekerjaan manusia karena adanya tindakan yang kurang humanistis dari kaum prolektar bagi para pekerjanya. Manusia adalah mahluk pekerja. Namun yang dituntut dari Marx adalah adanya pekerjaan yang manusiawi yang dilawankan dengan pekerjaan upahan.

Manusia yang bekerja

Keterasingan dalam pekerjaan adalah dasar dari keterasingan hidup manusia karena menurut Marx, pekerjaan adalah tindakan manusia yang paling dasar. Dalam segala pekerjaan, manusia membuat dirinya menjadi nyata. Kita juga harus bertanya mengapa manusia harus bekerja padahal binatang tidak? Tentu karena binatang langsung dapat memenuhi kebutuhannya dari alam sedangkan manusia harus menggunakan segala budi dan potensinya untuk mengolah alam agar kebutuhannya terpenuhi.
Pandangan Marx tentang manusia dapat dilihat dalam filsafat pekerjaannya. Manurut Marx yang membedakan manusia dan binatang secara khusus adalah pekerjaannya. Ada empat hal yang menjadikan pekerjaan sebagai aktifitas manusia yang bermakna.
Pertama, pekerjaan merupakan pemenuhan kebutuhan manusia. Manusia tidak seperti binatang yang secara langsung memenuhi kebutuhannya dari alam. Untuk memenuhi kebutuhannya manusia harus bekerja. Dan pekerjaan yang dilakukan ialah mengolah alam dan mengambil hasil olahannya atas alam menjadi pemenuhan kebutuhannya. Dalam hal ini manusia adalah bagian integral dari alam . Manusia memang mahluk alamiah, namun sekaligus melampaui yang alamiah karena mengangkat dirinya dengan pekerjaan.
Kedua, pekerjaan merupakan realisasi potensi-potensi diri manusia. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa muara dari potensi-potensi manusia dalam kebudayaan dapat dikristalisasi dalam tiga potensi yaitu potensi kognitif, potensi evaluatif, dan potensi ekspresif. Ketiga potensi ini justru nampak jelas dalam piranti pekerjaan. Pekerjaan yang membuat ketiga potensi ini menjadi bagian yang tampak dari manusia yang pada gilirannya membangun kehidupan. Dalam bekerja manusia mengobjektivasikan dirinya sendiri ke dalam alam. Gambaran diri dalam alam itu membenarkan keberadaan dirinya dan mengangkat kesadaran serta pengenalan dirinya ke taraf yang lebih tinggi.
Ketiga, pekerjaan menunjukan aspek sosialitas manusia. Manusia adalah mahluk sosial. Dan adanya bersama dengan orang lain membantu dia untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu ia membutuhkan pengakuan orang lain atas hasil kerjanya. Pengakuan atas hasil kerja dan penerimaan dirinya meneguhkan keberadaannya di dunia.
Keempat, Pekerjaan sebagai pembentuk sejarah manusia. Ketika manusia bekerja, ia meninggalkan hasil dan bekas-bekas kerjanya. Hal itu akan menghasilkan kebudayaan dan membangun sejarah manusia.

Keterasingan dalam pekerjaan

Kalau pekerjaan merupakan sarana perealisasian diri manusia,seharusnya bekerja mesti menggembirakan. Namun faktanya bahwa pengalaman manusia dalam bekerja malah sebaliknya. Kebanyakan orang khususnya kaum buruh hanya berada di bawah kekuasaan kaum kapitalis, pekerjaan bukan merealisasikan hakekat kemanusiaan mereka melainkan justru membuat mereka terasing dengan dirinya ( Self alienation )[3] dan sesama ( social alienation)[4].Penyebab keterasingan itu menurut Marx ada dalam sistem kapitalis. Dalam sistem kapitalis orang tidak bekerja secara bebas dan universal. Mereka melakukannya secara terpaksa sebagai syarat untuk bisa hidup. Jadi pekerjaan tidak mengembangkan melainkan mengasingkan.
Pertama, karena pekerjaan, manusia teralienasi dengan dirinya sendiri. Pekerja merasa terasing dari produknya. Hasil kerja bukan lagi menjadi sumber perasaan bangga, mencerminkan kecakapan dan meneguhkan keberadaanya. Karena hasil kerja merupakan obyetifasi dari pekerjaan. Tetapi sebaliknya yang terjadi bahwa sebagai buruh upahan ia tidak memiliki hasil pekerjaannya. Hasil kerjanya adalah milik pemilik pabrik. Karena hasil kerja itu terasing darinya, maka tindakan bekerja itu menjadi tidak berarti baginya. Pekerjaan bukan menjadi pelaksanaan hakikatnya yang bebas dan universal . Namun pekerjaan malah menjadi pekerjaan karena terpaksa. Benar kalau Marx mengatakan bahwa si pekerja baru merasa ada pada dirinya jika tidak bekerja. Dan sebaliknyapun ketika ia bekerja malah membawa dia jauh dari dirinya sendiri. Ia tidak bisa bekerja menurut dorongan batin dan hasratnya untuk bekerja tetapi harus siap menerima pekerjaan apa saja dari pemilik modal . Bahkan dalam bentuk paksaan.
Kedua, pekerjaan manusia membuat dirinya terasing dari sesamanya. Ketika hakikatnya sebagai manusia terasing, maka secara otomatis ia menjadi terasing dengan orang lain. Yang dimaksud dengan keterasingan yang terjadi karena pekerjaan upahan adalah hilangnya martabat manusia yang manusiawi dan segi sosialnya tercerabut dari hakikatnya sebagai mahluk sosial. Ia menjadi terlantar. Manusia menjadi terlantar disebabkan oleh jurang pemisah yang sangat transparan antara pekerja dan pemilik modal. Munculnya pembagian kelas sosial yang amat tajam dalam kehidupan. Dan pembagian kelas inilah yang juga disoroti Marx dalam kritik sosialnya .

Logika marx

Sebenarnya sudah ada kaum sosialis sebelum Marx yang menyerukan hal yang serupa. Namun mereka semua tidak sepopuler Marx. Dalam bukunya yang berjudul Das capital, marx menyeringkan kepedulian sosialnya. Ia mengkritisi dominasi kaum bermodal dalam produksi yang menjadi penyebab utama terjadinya keterasingn manusia.
Pandangan Marx tentang ketersingan mau menyanggah pendapat Freubach[5] tentang hal serupa. Bagi Freubach, penyebab keterasingan manusia adalah “agama” yang dianut dan diinterpretasi secara kaku oleh kaum agamis. Tetapi bagi Marx penyebab pertamanya adalah “dominasi kaum bermodal dalam produksi”. Agama bagi marx hanyalah penyebab sekunder bukan penyebab primer munculnya keterasingan.
Pekerjaan manusia bagi marx tidak membahagiakan tetapi membuat manusia terasing dengan dirinya dan terputusnya relasi sosial dengan sesama. Pekerjaan yang memiliki syarat makna bagi manusia sungguh kehilangan makna ketika pekerjaan itu tidak mempertimbangkan martabat manusia. Pekerjaan upahan tidak meneguhkan keberadaan manusia tetapi membuat keberadaannya hancur.

Penutup

Marx melihat pekerjaan manusia dalam keseluruhan hidup manusia. Ia berpendapat bahwa, dari segi hakikatnya manusia adalah mahluk pekerja. Kerja menetukan dasar martabat manusia karena itu harus juga mendasari penilaian masyarakat. Pekerjaan seharusnya meneguhkan keberadaannya sebagai manusia yang bermartabat, bukan sebaliknya. Marx memperhatikan masalah kemanusiaan.
Pada zaman modern ini, kritikan Marx masih aktual sekali. Gejala yang muncul dalam dunia kerja di zamannya tak ada bedanya dengan situasi yang terjadi dewasa ini. Kalau kita mendengar nasib para pekerja kita di luar negeri ( Para TKI dan TKW) sungguh menyedihkan. Mereka hanya menerima sedikit dari apa yang mereka kerjakan. Selain itu di negeri kita sendiri saya melihat sebuah bentuk alienasi pada diri sopir taksi atau angkutan kota ( angkot). Prinsip hidup mereka adalah start, stir, dan stor. Segala hasil pekerjaan mereka hanya menjadi milik para agen atau boss di mana mereka bekerja. Di sini keadilan tidak tampak.



SUMBER BACAAN

Brewer, Anthony. 1999. Kajian kritis DAS KAPITAL KARL MARX. Deplok press; Jakarta
Hardiman, F. Budi. 2004. Filsafat modern. Jakarta; Gramedia
Suseno, Frans. Magniz. 2000. Pemikiran Karl Marx. Jakarta; Gramedia
Veger, K. J. 1998 .Manusia dalam lingkungannya. Jakarta; Gramedia
Majalah “BIDUK” Seminari tinggi Ritapiret – Ledalero, Edisi III. 2006













































































[1] Komunisme adalah nama gerakan kaum komunis, Komunisme merupakan sebuah partai politik yang dipimpin oleh Lennin. ( Suseno, frans Magnis.1999. Pemikiran Karl Marx.Gramedia ; Jakarta.)
[2] Definisi ini dikutip dari sebuah artikel yang kami diskusikan dalam matakuliah Fisafat yunani yang berjudul Louis Dupre; alienasi cultural dalam pemikiran Marx oleh R.Haryono Imam.
[3] Bdk. Majalah biduk,seminari tinggi ritapiret. Hal 8edisi III 2006.
[4] Marx dan hegel mempunyai pandangan yang berbeda dalam memecahkan masalah alienasi. Hegel menyelesaikannya dengan jalan memahami dan refleksi. Sedangkan Marx akan diakhiri melalui penghapusan hak milik atau lewat praksis. ( Hardiman, F. Budi, 2004. Filsafat modern . Jakarta. Gramedia.).
[5] Ibid.195.dah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please..comment