Kamis, 18 Desember 2008

ILIENASI

filsafat itu indahANALISIS ARTIKEL
(Louis Dupre, Alienasi kultural dalam pemikiran Karl Marx)

I. Pengantar


Setelah kami mendiskusikan tema di atas, kami menulis kembali apa yang kami mengerti dari uraian yang ada dalam artikel yang kami diskusikan. Pendiskusian atas artikel ini sungguh menambah wawasan kami dan memberikan insight baru dalam memandang dan memahami pemikiran karl marx terutama tentang manusia yang berbudaya dari sudut pekerjaan. Bagi kami, Marxisme tidak sama dengan komunisme yang digagas oleh Lenin.Sehingga nama Marx tidak dipandang subversif. Kami memandang Marx dalam penegertian yang berbeda. Marx sebenarnya seorang humanis bukan komunis atau ateis.
Artikel ini merupakan tangggapan atas analisis Louis Dupre tentang marx dari sudut kebudayaan. Louis Dupre melihat pereduksian nilai budaya oleh karena manusia menyempitkan arti kebudayaan yang sesungguhnya. Namun bagi Frans Magnis Suseno alienasi kebudayaan adalah bagian kecil dari keseluruhan alienasi manusia. Dia menyebut dua bagian penting alienasi manusia yaitu dengan diri sendiri dan orang lain. Nampaknya, munculnya alienasi kebudayaan bersumber dari alienasi manusia dengan dirinya sendiri. Dimana manusia terasing dengan hasil kerjanya sendiri sebagai wujud kebudayaan.

II. Isi
Louis Dupre menganalisis pemikiran Marx yang dituangkan dalam sebuah buku yang berjudul Marx’s Social Critique of cultural menyatakan bahwa pemikiran marx menyentuh esensi kebudayaan tertentu. Sehingga dapat dimengerti bahwa segala pemikiran Marx tentang manusia , pekerjaanya, dan keterasingan pasti dilatari oleh suatu pendapat tertentu tentang kebudayaan tertentu. Tetapi kami tidak mengetahui sumber analisis Louis Dupre atas Marx. Karena Marx menulis banyak buku dan tentang hal yang berbeda.
Pandangan Marx tentang manusia dapat dimengerti melalui filsafat pekerjaanya. Dan melalui pekerjaan inilah manusia dibedakan dari binatang. Ada empat hal yang dikemukakan Marx mengenai makna kerja bagi manusia; Pertama, pekerjaan merupakan pemenuhan kebutuhan manusia. Pekerjaanlah yang memungkinkan motivasi dasar manusia terpenuhi yaitu untuk memenuhi kebutuhan sampai ia mengalami kepuasan atau puncak homeostasis (Bdk, diktat psikologi Rm. Widjaka, CM). Kedua, pekerjaan merupakan realisasi potensi-potensi manusia. Manusia dianugerahi bakat dan kemampuan. Dan bakat serta kemampuan itu akan semakin hidup dan eksist apabila direalisasikan melalui pekerjaan. Manusia bergelut dengan alam untuk merealisasikan potensinya.Alam mendapat posisi penting bagi penggambaran dirinya Ketiga, manusia adalah mahluk sosial (Homo socius) bukan srigala bagi yang lain
( homo hominism lupus). Dan hal ini terjadi melalui pemaknaan diri manusia yang terjadi lewat pekerjaan. Pekerjaan menunjukan sosialitasnya berkenaan dengan penghargaan atas pekerjaan dan peneguhan atas dirinya. Orang lainlah yang mengapresiasikan hasil kerjanya bukan diri sendiri. Idealnya demikian. Keempat, pekerjaan manusia meninggalkan obyek-obyek sejarah. Manusia juga meninggalkan hasil kerja dan bekas kerjanya. Lebih dari itu manusia menghasilkan kebudayaan.
Namun oleh karena adanya dominasi kaum bermodal, maka para pekerja yang sering disebut buruh itu teralienasi dengan dirinya sendiri karena pemaknaan atas kerja tidak sampai kepada keempat makna di atas. Manusia tidak menikmati hasil kerjanya dan adanya jurang pemisah antara pekerja itu sendiri dengan para pemilik modal.Dominasi kaum kapitalislah yang menjadi penyebab keterasingan manusia dengan diri dan sesamanya. Ketika jurang pemisah ada, maka ia mengalami keterasingan dengan sesamanya yaitu dengan para pemilik modal yang mempekerjakan mereka. Kemudian hasil kerjanya tidak meemberikan peneguhan atas keberadaanya.
Berkenaan dengan kebudayaan, Marx memandang kebudayaan sebagai hasil realisasi diri manusia dalam sejarah kehidupannya. Dan kebudayaan itu adalah totalitas aktifitas manusia yang melampaui dirinya dan hal ini ditandai dengan pekerjaan.Dan Marx menekankan pekerjaan yang memanusiawikan manusia bukan melepaskan eksistensi manusia dalam sistem upahan . Di sini martabat manusia dihargai.
Ketika penulis artikel membicarakan tentang Materialisme historis Marx, kami mengalami kesulitan untuk memahami bagian ini. Tetapi kami bisa menangkap sesuatu yang penting sebagai kata kunci bahwa pandangan itu mennyangkut hal-hal (materi) pokok yang menentukan perkembangan sejarah. Marx mengatakan bahwa perkembangan sejarah dan masyarakatlah yang menetukan kesadaran sosial seperti hukum dan politik bukan sebaliknya.
Sampai pada inti permasalahan mengenai alienasi kultural, kami memahami bahwa kebudayaan yang diartikan sebagai totalitas aktifitas manusia ternyata mengalami penurunan makna. Hal ini terjadi karena kebudayaan hanya dipersempit pada hal seni dan tari . Ternyata kebudayaan itu sangat luas cakupannya. Dari situ terjadi pemisahan antara yang kaya dan miskin. Pemisahan ini terjadi karena latar belakang ekonomi untuk menyabet nilai seni dan tari sebagai obyek pereduksian atas nilai kebudayaan yang sebenarnya memiliki keluasan cakupan.

III. Tanggapan
Kami kembali ke latar belakang pemikiran Marx untuk menanggapi isi artikel ini. Pemikiran Marx berlatarkan pada konteks tertentu pada zamannya. Zaman Marx ditandai oleh dominasi kaum bermodal dalam produksi. Para pemilik modal memiliki kekuasaan untuk menyabet pekerja dan memperlakukan mereka sesuka hati. Dalam hal ini terciptalah ketidakadilan dalam masyarakat. Kaum buruh dipandang sebagai aset untuk memajukan produksi . Tetapi hal itu tidak memeperhitungkan nilai kemanusiaan para buruh.
Artikel ini mengupas tentang alienasi kebudayaan. Namun kami mengalami kebingungan karena marx sendiri tidak pernah memikirkana tentang penurunan makna kebudayaan dalam seni dan tari tetapi dalam konteks pekerjaan manusia. Yang sebenarnya yang disoroti adalah adanya penurunan makna kebudayaan dalam konteks modern bukan dalam seni dan tari tetapi dalam konteks pekerjaan dewasa ini. Tentang bagaimana manusia berhadapan dengan dunia kerja dan kinerja pekerjaan yang mereka alami.

IV. Kesimpulan
Tinjauan artikel ini sangat sistematis dan kritis. Namun tidak koheren dengan keaslian pemikiran Marx dalam alienasi. Bagi Marx alienasi itu muncul karena dominasi kaum bermodal (kapitalis) dalam produksi. Dan kebudayaan adalah hasil produksi karena merupakan realisasi potensi diri manusia. Kebudayaan itu mengalami keterasingan karena kebudayaan tidak berada pada makna yang sebenarnya bukan pada seni dan tari tetapi dalam perealisasian potensi manusia lewat pekerjaan.
Namun dalam artikel ini kebudayaan mengalami pereduksian makna dalam bidang seni dan tari. Ketika seni dan tari itu terdiri atas bagian yang mahal dan murah, maka muncul perbedaan kelas sosial yaitu mereka yang tertarik pada seni dan tari yang mahal dan yang mampunya hanya pada yang murah saja. Muncul jurang pemisah dalam masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please..comment