Rabu, 17 Desember 2008

TUHAN DAN KEJAHATAN

MALUM ATAU EVIL ATAU KEJAHATAN

Ada atu being atu esse dalam propriets atau karakter atau kekayan yang dimilikinya adalah transendental. Ada itu baik. Segala apa yang ada itu baik . atau sejauh ada, maka itu baik. Apa itu kejahatan? Dan apakah kejahatan itu ada? Pertanyaan apakah kejahtan itu ada gampang dijawab. Dari relitas, bisa dijawab bahwa kejahatan itu ada, misalnya teror bom yang mematikan banyak orang. Akan tetapi teror itu bukan bagian dari kodrat manusia artinya bahwa kejahatan itu melawan kodrat manusia.
Kemudian muncul pergulatan diantaranya : pertama, kejahatan itu melukiskan bahwa hidup itu fana. Kedua, ketika Tuhan menciptakan manusia, Tuhan begitu puas karena kehadirannya begitu mempesona yaitu baik adanya. Ternyata ciptaan Tuhan yang baik adanya itu menjadi agen dari kejahatan.
Sehingga pertanyaannya bukan sekedar siapakah manusia tetapi mengapa Tuhan yang menciptakan manusia begitu indah ternyata dari ciptaan ini tercipta atau terproduksi kejahatan. Hal ini juga menyentuh eksistensi Tuhan sendiri.
Persoalan di atas dirumuskan secara indah oleh epukuros atau epikurian mengenai kejahatan. Bisakah akal budi menangkap bahwa ada Tuhan sebagai prinsip kebaikan tetapi ada juga manusia yang menjadi agen kejahatan. Apakah Tuhan itu ada?
- jika Tuhan itu ada tapi pada saat yang sama Tuhan tidak bisa mengalahkan kejahatan, maka Tuhan itu bukan Mahakuasa.
- Jika Tuhan itu ada tetapi Dia sebenarnya mampu namun tidak mau, maka Tuhan itu jahat. Sehingga konsekuensi lanjutnya adalah Dia bukan Tuhan.
- Jika Tuhan itu tidak mampu dan tidak mau, maka Tuhan itu tidak ada.
- Atau Tuhan itu mau dan mampu mengalahkan kejahatan. Jadi di manakah Tuhan?
Ivan karamozov yang prihatin dengan penderitaan anak-anak mengatakan: kalau anak-anak itu menderita iu bukan kesalahannya yang bukan karena keputusannya. Sehingga di sini penderitaan anak kecil itu menggetarkan. Selain perkara bahwa anak kecil yang belum bisa apa-apa sudah menanggung penderitaan. Sehingga pemerintah perlu membuat UU perlindungan anak2.
Dia mengatakan bahwa saya tidak yakin bahwa ada Tuhan kalau anak2 kecil ini menderita. Dia juga tidak bisa mengatakan bahwa Tuhan menjanjikan surga tetapi sekaligus membuat anak2 menderita.
Thomas Aquinas merumuskan: jika kejahatan ada, maka eksistensi Tuhan sepertinya dipertaruhkan atau diragu-ragukan.
Rasionalisasi dari perumusan2 ini: -dapatkah diterima secara rasional ketika kejahatan ada itu secara otomatis bertabrakan dengan eksistensi Tuhan? Cth. Ada busung lapar, kecelakaan pesawat. Dapatkah dikatakan bahwa eksistensi Tuhan dpertaruhkan?
Ketika ada kejahatan muncul pertanyaan di manakah Tuhan? Akan tetapi muncul pertanyaan baru bahwa darimanakah pertanyaan itu berasal? Karena pada saat yang sama ada begitu banyak orang yang mengusir Tuhan dari rumahnya atau dari gerejanya. Dengan kata lain dalam refleksi ini mau mengatakan bahwa ketika ada bencana ada pertanyaan di manakah Tuhan tetapi ketika dalam keadaan senang dan bahagia tidak ada lagi pertanyaan di manakah Tuhan. Yang ada hanyalah sikap penolakan terhadap Tuhan itu sendiri.
Realitas kemiskinan yang terjadi atau krisis yang menimpa dunia dewasa ini, patut ditanyakan bahwa di manakah Tuhan ? Apakah Tuhan masih ada. Jawabannya adalah memang Tuhan ada dan terus ada. Dia itu akan nampak keberadaaanya kalau kita beinisiatif untuk keluar dari diri dam menolong mereka.
Maka kesimpulannya adalah rasionalkah bahwa ketika kejahatan ada dan Tuhan ada kemudian ditanya eksisitensinya?
Mengapa Tuhan membiarkan anak cacat itu lahir? Kata Tuhan membiarkan , mengijinkan atau kalimat mengapa tidak mencegah ombak besar. Kalimat atau kata itu merupakan kalimat atau kata2 yang secara konkret merupakan keluhan hati yang secara logika tidak tepat. Tuhan menciptakan manusia dengan hukumnya sendiri dan dari sendirinya hukum itu baik. Tuhan menciptakan mengandaikan ada seperangkat hukum sehingga kita itu baik adanya. Pada saat yang sama kita dibangun oleh orang lain.
Eksistensi manusia itu indah. Mengapa ada anak2 cacat tentu karena kreasi hukum2 ciptaan itu. Sehingga keburukan atau kecacatan itu tidak menabrak eksistensi Tuhan.

Metafifika Thomas Aquinas mengenai kejahatan. Ia mengatakan , pertanyaannya kalau demikian halnya, apakah kejahatan itu? Dan Thomas Aquinas menjawab kejahatan itu ada tetapi bukan menegasi adanya Tuhan. Kejahatan itu merupakan prifasi atau kekurangan atau ketercabutan dari kebaikan.
Relevansi:
ada begitu banyak orang yang berbalik dari kepercayaannya kepada Tuhan karena salah kaprah dalam memahami kejahatan dan adanya Tuhan. Mereka tidak percaya lagi kepada Tuhan karena kejahatan itu ada bahkan dikatakan sebagai produksi atau ciptaan Tuhan sendiri.
dalam karya pastoral perlu hal ini dijelaskan
sebagai seorang religius, kita memiliki hakekat panggilan yaitu menjadi manusia bagi Tuhan dan bagi sesama. Tuhan itu akan nampak keberadaaNya kalau kita berani mengatakan inilah Tuhan kepada orang lain lewat sikap kita dalam menolong orang lain yang sedang berada dalam kegelapan. Perbuatan kita berkata lebih keras daripada hanya berkata-kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please..comment