Rabu, 21 Januari 2009

HIDUP ITU DONGENG???

filsafat itu indah

Kawan-kawanku yang terkasih! saya mau mendongeng. Dongeng tentang kehidupan. Membaca dongeng atau mendengarkan dongeng bagi kita terasa lucu dan ironis. Kenapa demikian ya?? Dunia yang semakin maju ini ko masih ada dongeng dan didongengi??? Bukankah bijak kalau kita mengisahkan secara nyata kenyataan yang ada? Dongeng hanyalah tanda ayng mau membahsakan keadaan manusia yang hanya bisa dijelaskan dengan mudah melalui dongeng. Dongeng ini bukan erotik atau mengumbar nafsu. Bukan pula sekedar basa-basi alias joaaaaaak. Dongeng ini memiliki setting dan isi yang sangat religius dan serius. Saya mau mendongeng tentang orang dua orang muda yang pergi mengaku dosa kepada pastor paroki.
Konon, dua pemuda pergi mengaku dosa ke pastor parokinya. Dan pangakuan ini terjadi tepat pada minggu pertama dalam masa adven. Katanya, biar kami dengan hati bersih menyambut kedatangan sang mesias. Kami mau mengakui bahwa kami sering berbuat onar, suka mabuk, dan sering keluyuran tanpa tujuan. Di hadapan pastor paroki mereka mengakui semua kesalahan dan kelalaian mereka. Lalu, pastor paroki melemparkan sebuah pertanyaan kepada masing-masing mereka. Kepada pemuda pertama yang bernama Secundus ia bertanya, menurut kamu, apakah itu dosa berat atau ringan? Dengan lantang dan penuh penyesalan secundus ini menjawab, semuanya masuk ke dalam kategori dosa besar. Pastor ini membalas jawabannya, ya baiklah kalau engkau menyadarinya itu sebagai dosa besar. Kemudian ia bertanya kepada pemuda yang satunya yang bernama Goyim. Hai goyim, sahut sang Pastor. Ya Pastor, jawab goyim. Menurut kamu, dosa-dosamu itu berat atau ringan. Si Goyim menjawab. Semuanya ringan pastor. Oh..begitu ya? Baiklah karena engkau menyadari itu sebagai dosa yang ringan.
Diakhir pengakuan, Pastor ini memberikan tugas kepada masing-masing pemuda ini. Kepada si secundus yang dosanya berat ia menyuruh agar besok pagi tepatnya setelah ayam berkokok,. membawa sebuah batu yang besar ke pastoran untuk memberikan pelajaran bahwa seperti itulah susahnya memikul dosa yang berat. Juga kepada si Goyim ia memerintahkan hal yang sama tetapi hanya diminta untuk membawa setengah bakul batu-batu kecil . Bagi si Goyim, perintah ini sangat mudah.
Keesokan harinya, kedua pemuda ini menepati perintah Pastor paroki ini. Mereka masing-masing membawa batu seperti yang diperintahkan. Si Secundus membawa batu besar dan meletakannya di depan pastoran. Demikian juga si Goyim. Kedua pemuda ini berpikir bahwa mereka hanya membawa batu,meletakannya kemudian pulang ke rumah. Ternyata Pastor paroki masih memerintahkan agar mereka meletakkan kembali batu-batu yang mereka ambil ke tempatnya semula. Nah, di sinilah kacaunya. Si Secundus membawa kembali batu itu walapun dengan susah payah karena batu itu beratnya 30 kg tetapi ia masih bisa meletakkkannya ke tempat semula. Sedangkan Si Goyim sekarang mendapat pekerjaan yang sangat berat dan mustahil untuk dilakukan karena ia harus meletakkan kembali batu-batu yang dia ambil ke tempatnya semula. Dan batu-batu itu banyaknya bukan main. Sangat banyak. Dan ini lebih sulit kan? Tidak mungkin si Goyim bisa melakuikan pekerjaan itu. Hanya mukjizat yang memungkinkan. Hal ini terjadi kalau mukjizat itu nyata dalam diri si Goyim. Bagi si Secundus, awalnya sakit ujungnya asyik. Akantetapi si Goyim, awalnya asyik ujungnya sakit. Kacian deh si Goyim!
Saudaraku, ini adalah sebuah dongeng dan saya mengajak kita semua untuk masuk ke dalam cerita ini. Saya tidak bermaksud mengajak pembaca untuk masuk ke dalam pikiran pendongeng ( saya). Saya mengajak pembaca budiman untuk masuk ke dalam dongeng itu sendiri dan bertanya, hai dongeng, bagaimana katamu tentang aku? Bukan berarti saya malas berkomentar tentang apa yang aku dongengkan ini. Saya hanya berhenti pada berdongeng. Dan si pendongeng tidak berkata apa-apa tentang hidup saudara-saudara. Hanya dongeng itu sendiri yang berkata. Maka bertanyalah kepadanya bukan kepadaku yang empunya dongeng. Trim’s. By: Monce

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

please..comment